seorang Mahasiswi di Universitas Muhammadiyah A.R Fuchruddin

Jejak Sejarah Bahasa Indonesia

Kamis, 24 April 2025 20:24 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Sejarah Awal Tradisi Menulis di Kalangan Ulama Masa Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat
Iklan

Pembahasan meliputi asal-usul bahasa Melayu sebagai lingua franca di Nusantara, proses transformasi bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang di pakai oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan perkembangannya, bahasa Indonesia harus menjadi alat komunikasi utama di Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi, modernisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Melihat situasi tersebut, maka berbagai pihak perlu melakukan upaya agar bahasa Indonesia mempunyai kedaulatan tersendiri di negara Indonesia, dan bahasa tersebut selalu dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pada masa perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia memerlukan alat pemersatu dalam berinteraksi antar suku bangsa di Indonesia. Di Indonesia, bahasa Melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu masyarakat. Pada acara sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928, orang Melayu dinyatakan sebagai orang Indonesia. Keputusan ini sekaligus menandai dimulainya bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional

Pendahuluan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi bangsa Indonesia. Dalam setiap peradaban manusia, bahasa selalu hadir di tengah-tengah mereka. Bahasa dan manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana bahasa bertindak sebagai suatu media yang membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang hadir dalam suatu kelompok masyarakat merupakan hasil dari interaksi antarsesama manusia yang ada di tempat tersebut. Hal ini juga berlaku bagi bahasa Indonesia yang telah tercipta berpuluh tahun lalu dan mengalami perkembangan yang begitu signifikan hingga kini. Perkembangan bahasa Indonesia selalu memiliki keunikan tersendiri. Kosakata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia bertujuan untuk memperkaya perbendaharaan dan varietas bahasa Indonesia. Walaupun mengalami beberapa tahapan perkembangan dan penyerapan, kemurnian bahasa Indonesia tetaplah sama dulu dan kini. Adapun perkembangan bahasa Indonesia dapat dikelompokan menjadi tiga bagian utama yang perlu diperhatikan. Ketiga bagian tersebut adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Pembahasan terkait bahasa dapat berlanjut apabila konsep dasar dari bahasa sendiri dengan benar dipahami. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter, digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dengan kata lain, bahasa adalah suatu sistem yang dalam praktiknya membantu manusia. Bahasa mempermudah manusia dalam melakukan segala sesuatu hal dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia juga memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai media yang membantu manusia. Namun, secara spesifik bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang dalam pembentukannya memiliki sejarah yang panjang. Bahasa yang telah ada di Indonesia bahkan sejak zaman kerajaan-kerajaan ini memiliki kajian pembentukan yang cukup rumit baik secara lisan maupun tulisan.

Pembahasan

  1. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Perkembangan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan berkembang mulai pada saat terbentuknya, yaitu pada 28 Oktober 1928, bersamaan dengan momen Sumpah Pemuda. Setelah terbentuk, bahasa Indonesia terus berkembang seiring berlakunya ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo bahkan hingga ke Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Ini adalah beberapa contoh sederhana bagaimana bahasa Indonesia dengan pesat mengalami perkembangan. Bahasa Indonesia yang telah dikenal oleh khalayak umum merupakan bahasa Melayu yang menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara kala itu. Bahasa Melayu telah ada dan digunakan terlebih dahulu. Keberadaan bahasa Melayu pun dapat ditilik dalam saat persiapan Kongres Pemuda tahun 1926, para pemuda masih mempermasalahkan tentang sebutan bahasa persatuan Indonesia. Kemudian M. Tabrani mengusulkan bahasa Melayu diganti dengan istilah bahasa Indonesia dan hal ini pun disetujui bersama pada 2 Mei 1926. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam laman resminya telah mencantumkan bahwa bahasa Melayu telah berada di kawasan Asia dan khususnya Asia tenggara sejak abad ketujuh. Pernyataan ini juga tentu didukung oleh adanya beberapa prasasti sepeti prasasti Talang Tuo di Palembang, bahkan prasasti Karang Brahi di Jambi. Keberadaan prasasti-prasasti ini telah ada sejak tahun 680-an. Selanjutnya, untuk sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat disoroti melalui zaman Sriwijaya yang menggunakan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa pembelajaran kebudayaan dan hingga pada saat penyebaran agama Kristen oleh para pendeta-pendeta dan orang Belanda pada saat masih berada di Indonesia. Bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat di Indonesia, bahkan sebelum bahasa Indonesia pertama kali resmi di umumkan pada sumpah pemuda. Bahasa Indonesia sejak dahulu telah membentuk bangsa dan mempersatukan keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki tingkat kemajemukan yang sangat tinggi. Bahasa pada dasarnya adalah media untuk berkomunikasi ternyata memiliki eksistensi yang lebih lagi. Bahasa mencakup hampir seluruh lapisan masyarakat, bahkan kebudyaan itu sendiri. Banyak sumber yang mengupas fungsi bahasa Indonesia, salah satu kedudukan bahasa Indonesia memiliki fungsi berikut.

1) Lambang kebanggaan bangsa. Bahasa Indonesia mencerminkan setiap nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

2) Lambang identitas nasional. Bahasa Indonesia merupakan identitas ataupun jati diri dari orang-orang ataupun penduduk Indonesia.

3) Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. Bahasa Indonesia menghindarkan segala aktifitas yang dapat menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat yang majemuk

4) Alat pemersatu suku budaya dan bahasanya. Bahasa Indonesia mempersatukan setiap suku-suku di Indonesia yang memiliki bahasa dan kebudayaan yang berbeda dengan total tujuh ratusan bahasa daerah, bahasa Indonesia pun menyatukan.

Dengan demikian, peranan bahasa Indonesia adalah krusial dalam menunjang bangsa dan negara serta setiap dari pada rakyat Indonesia. Perkembangan bahasa Indonesia telah melalui sejarah yang cukup teramat panjang. Melalui kilas balik sejarah yang telah dipaparkan di atas, dapat dengan jelas diketahui bahwa bahasa Indonesia telah menjadi begitu kuat hingga saat ini karena telah melalui proses yang unik. Berawal dari bahasa Melayu, kontak dengan budaya asing yang kemudian menggunakan bahasa Melayu dan menjadi bahasa yang akhirnya diganti dengan istilah bahasa Indonesia pada tahun 1926. Bahasa Indonesia kemudian masuk ke dalam tiga kategori perkembangan, yaitu

1) Bahasa pemersatu. Bahasa Indonesia pada awalnya diikarkan oleh para pemuda kembali pada tahun 1928 pada tanggal 28 Oktober dalam sumpah pemuda yang berbunyi: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia, Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia , Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia

Dengan sangat jelas bahasa Indonesia pertama kali digunakan ataupun diikrarkan sebagai bahasa pemersatu pada butir ketiga. Bahasa Indonesia kemudian mulai diterima oleh masyarakat Indonesia. Dengan diterimanya bahasa Indonesia, secara harfiah bahasa ini menjadi bahasa pemersatu Indonesia. Diterimanya bahasa Indonesia juga dapat tercermin dari diadakannya Kongres Bahasa Indonesia (KBI) pada tanggal 25 —28 Juni 1938 di Solo.

2) Bahasa resmi negara. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan selama 54 sejak ditetapkan dalam pasal 36 UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus. Hal ini ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang membuat fase awal bahasa Indonesi sebagai bahasa pemersatu menjadi bahasa resmi negara. Adapun pergantian ejaan dari ejaan Van Ophuijsen (dari masa jajahan Belanda) menjadi ejaan Suwandi karena dianggap lebih menunjukan rasa nasionalisme yang tinggi.

3) Bahasa internasional. Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional merupkan fase lanjutan dari dua fase yang ada. Hal ini telah dicanangkan dan dilakukan terbukti dengan adanya Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia yang mengambil tempat di Jakarta pada tanggan 28 Oktober hingga 1 November 2018. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan juga ikut mendukung bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, khususnya pasal 44 ayat 1. Salah satu bukti dari tindak lanjut untuk fase ini adalah adanya tenaga dan buku-buku Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

  1. Perkembangan Menjadi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan hasil evolusi panjang dari bahasa Melayu yang telah digunakan sebagai lingua franca di kawasan Nusantara sejak abad ke-7. Pada masa kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu berperan penting sebagai bahasa perdagangan dan komunikasi antarbangsa, sehingga dikenal luas di berbagai wilayah Asia Tenggara, termasuk pesisir Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan sebagian Filipina. Keunggulan bahasa Melayu terletak pada strukturnya yang sederhana dan mudah dipahami oleh berbagai suku bangsa, sehingga efektif sebagai alat pemersatu dalam masyarakat yang sangat beragam.

Seiring perkembangan zaman, bahasa Melayu mengalami pengaruh besar dari berbagai bahasa asing, seperti Sanskerta (melalui Hindu-Buddha), Arab (melalui Islam), serta Portugis dan Belanda pada masa kolonialisme. Pengaruh ini memperkaya kosakata dan memperluas fungsi bahasa Melayu, baik dalam bidang perdagangan, agama, maupun administrasi pemerintahan. Meskipun Belanda pernah mencoba menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa administrasi dan pendidikan, bahasa Melayu tetap bertahan dan digunakan secara luas oleh masyarakat, khususnya sebagai bahasa penghubung lintas etnis.

Pada awal abad ke-20, muncul gerakan nasionalisme di Indonesia yang mendorong perlunya bahasa persatuan untuk memperkuat identitas nasional. Dalam persiapan Kongres Pemuda tahun 1926, istilah "bahasa Indonesia" pertama kali diusulkan oleh M. Tabrani sebagai pengganti sebutan bahasa Melayu, dan disetujui secara resmi pada 2 Mei 1926. Puncak pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan terjadi pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, ketika para pemuda dari berbagai daerah mengikrarkan komitmen untuk menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa.

Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa negara melalui Pasal 36 UUD 1945. Sejak saat itu, bahasa Indonesia berkembang pesat, tidak hanya sebagai bahasa pemersatu, tetapi juga sebagai bahasa resmi negara dan sarana utama dalam pendidikan, pemerintahan, ilmu pengetahuan, serta media massa. Proses standarisasi dan pengembangan bahasa Indonesia terus dilakukan, baik dalam hal ejaan, tata bahasa, maupun penambahan kosakata dari bahasa daerah dan asing, agar sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat modern.

Bahasa Indonesia kini juga mulai diakui di tingkat internasional, seiring dengan semakin luasnya penggunaan dan pengajaran bahasa Indonesia di luar negeri. Dengan perjalanan sejarah yang panjang dan dinamis, bahasa Indonesia telah berhasil menjadi simbol persatuan, identitas nasional, dan alat komunikasi efektif bagi ratusan juta penduduk Indonesia yang berasal dari beragam latar belakang budaya dan bahasa daerah.

  1. Jelaskan Alasan Bahasa Melayu Rendah Diadopsi Menjadi Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu, meski sering dianggap sebagai "bahasa Melayu rendah" dalam konteks hierarki sosial dan kebahasaan pada masa lalu, memiliki sejumlah karakteristik dan keunggulan yang menjadikannya pilihan ideal sebagai dasar bagi bahasa Indonesia. Adopsi bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara Indonesia bukanlah keputusan yang arbitrer, melainkan hasil dari pertimbangan matang yang melibatkan faktor historis, sosiologis, politis, dan linguistik. Pemahaman mendalam mengenai alasan-alasan di balik pilihan ini sangat penting untuk menghargai identitas nasional dan memahami dinamika perkembangan bahasa Indonesia hingga saat ini.

Salah satu alasan utama adalah peran historis bahasa Melayu sebagai lingua franca di kawasan Nusantara. Jauh sebelum Indonesia merdeka, bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa pergaulan, perdagangan, dan administrasi di berbagai wilayah kepulauan ini. Penggunaannya yang luas dan lintas budaya menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa yang dikenal dan dipahami oleh berbagai suku bangsa, etnis, dan kelompok masyarakat. Dengan demikian, bahasa Melayu telah memiliki infrastruktur sosial dan linguistik yang mapan, sehingga memudahkan proses adopsi dan pengembangan sebagai bahasa nasional. Selain itu, struktur bahasa Melayu yang relatif sederhana dan fleksibel juga menjadi faktor penting dalam pertimbangan adopsi. Bahasa Melayu tidak memiliki tingkatan bahasa yang rumit seperti bahasa Jawa atau Bali, yang membedakan penggunaan bahasa berdasarkan status sosial atau hierarki keluarga. Kesederhanaan ini memudahkan proses pembelajaran dan penggunaan bahasa Melayu oleh masyarakat dari berbagai latar belakang, tanpa terbebani oleh aturan-aturan gramatikal yang kompleks. Fleksibilitas bahasa Melayu juga memungkinkan adaptasi dan penyerapan unsur-unsur bahasa lain, sehingga memperkaya kosakata dan ekspresi bahasa.

Pertimbangan politis juga memainkan peran krusial dalam keputusan adopsi bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia. Pada masa pergerakan nasional, para tokoh perjuangan kemerdekaan menyadari pentingnya memiliki bahasa persatuan yang dapat menjadi simbol identitas nasional dan alat komunikasi efektif antar berbagai kelompok masyarakat. Bahasa Melayu dianggap sebagai bahasa yang netral secara etnis dan tidak terkait dengan suku bangsa tertentu, sehingga dapat diterima oleh semua pihak tanpa menimbulkan kecemburuan atau konflik identitas. Pemilihan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia merupakan langkah strategis untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa di tengah keberagaman etnis, budaya, dan bahasa daerah. Lebih lanjut, bahasa Melayu juga memiliki tradisi sastra dan intelektual yang cukup panjang, meskipun tidak sekompleks bahasa Jawa atau Sanskerta. Naskah-naskah kuno, hikayat, syair, dan karya sastra lainnya yang ditulis dalam bahasa Melayu menjadi bukti kekayaan budaya dan intelektual bahasa ini. Tradisi ini memberikan landasan yang kuat bagi pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, seni, dan budaya. Selain itu, bahasa Melayu juga telah digunakan dalam penerbitan buku, surat kabar, dan media massa lainnya sejak awal abad ke-20, sehingga memiliki infrastruktur media yang mendukung penyebaran dan pengembangan bahasa Indonesia. Meskipun bahasa Melayu memiliki status sosial yang dianggap "rendah" dibandingkan dengan bahasa-bahasa istana atau bahasa daerah yang lebih prestisius, karakteristik dan keunggulan yang telah disebutkan di atas menjadikannya pilihan yang tepat sebagai dasar bagi bahasa Indonesia. Adopsi bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia merupakan keputusan visioner yang didasarkan pada pertimbangan pragmatis dan strategis, dengan tujuan membangun identitas nasional, memperkuat persatuan bangsa, dan memajukan Indonesia sebagai negara modern. Sejarah telah membuktikan bahwa pilihan ini sangat tepat, karena bahasa Indonesia telah berhasil menjadi bahasa yang hidup, dinamis, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

  1. Jelaskan Perbedaan Bahasa Indonesia Degan Bahasa Melayu

Meskipun bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu, seiring perkembangannya, keduanya menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam berbagai aspek kebahasaan. Perbedaan ini muncul karena faktor historis, geografis, sosial budaya, serta pengaruh bahasa asing yang berbeda. Memahami perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu penting untuk menghargai kekayaan bahasa dan menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Perbedaan paling mencolok terletak pada kosakata. Bahasa Indonesia banyak menyerap kata dari bahasa Belanda, Jawa, Sanskerta, dan bahasa daerah lainnya, sementara bahasa Melayu (khususnya di Malaysia) lebih banyak menyerap kata dari bahasa Inggris dan Arab. Contohnya, kata "kantor" dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda "kantoor," sedangkan dalam bahasa Melayu digunakan kata "pejabat" atau "wisma." Contoh lain, kata "gratis" dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda, sementara dalam bahasa Melayu digunakan kata "percuma." Perbedaan ini mencerminkan sejarah kolonial dan interaksi budaya yang berbeda antara Indonesia dan Malaysia.

Selain kosakata, perbedaan juga terdapat dalam ejaan dan pelafalan. Ejaan bahasa Indonesia mengikuti Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), sementara bahasa Melayu memiliki sistem ejaan yang berbeda, seperti penggunaan "wang" untuk "uang" atau "pilem" untuk "film." Dalam pelafalan, bahasa Indonesia cenderung lebih datar dan jelas, sedangkan bahasa Melayu memiliki intonasi yang lebih melodius dan dialek yang beragam. Perbedaan pelafalan ini juga dipengaruhi oleh perbedaan geografis dan budaya antara Indonesia dan Malaysia.

Struktur kalimat juga menunjukkan perbedaan. Bahasa Indonesia cenderung lebih baku dan formal, dengan aturan tata bahasa yang ketat, sementara bahasa Melayu lebih fleksibel dan informal. Bahasa Indonesia memiliki struktur kalimat yang lebih kompleks, dengan penggunaan imbuhan dan klausa yang lebih beragam, sedangkan bahasa Melayu cenderung lebih sederhana dan langsung. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam gaya penulisan dan komunikasi formal antara kedua negara. Selanjutnya, bahasa Indonesia lebih terbuka terhadap inovasi dan kreasi bahasa baru, seperti penggunaan bahasa gaul dan istilah-istilah populer di kalangan anak muda, sementara bahasa Melayu cenderung lebih konservatif dan mempertahankan bentuk-bentuk bahasa tradisional. Bahasa Indonesia juga lebih aktif dalam mengembangkan kosakata baru untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara bahasa Melayu lebih mengandalkan kosakata yang sudah ada atau meminjam dari bahasa Inggris. Perbedaan-perbedaan ini tidak lantas menjadikan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu sebagai dua bahasa yang sepenuhnya terpisah. Keduanya tetap memiliki banyak kesamaan dan saling dapat dipahami, terutama dalam konteks percakapan sehari-hari. Namun, pemahaman akan perbedaan ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dan menghargai kekayaan bahasa yang dimiliki oleh kedua negara. Dengan memahami perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, kita dapat memperkuat hubungan budaya dan meningkatkan efektivitas komunikasi lintas negara.

Kesimpulan

Bahasa Indonesia, yang kita gunakan dan banggakan saat ini, bukanlah entitas yang hadir begitu saja. Ia adalah hasil dari perjalanan panjang dan berliku, bermula dari bahasa Melayu yang sederhana namun kaya, kemudian berkembang, beradaptasi, dan akhirnya menjelma menjadi identitas bangsa. Sejarah bahasa Indonesia tak terpisahkan dari sejarah Nusantara, dari interaksi antar suku, perdagangan lintas pulau, hingga perjuangan meraih kemerdekaan. Bahasa Melayu, dengan fleksibilitas dan kemudahannya, telah lama menjadi lingua franca, jembatan komunikasi yang menghubungkan berbagai kelompok masyarakat. Namun, adopsi bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia bukanlah sekadar pilihan praktis, melainkan juga keputusan strategis untuk merajut persatuan dan kesatuan di tengah keanekaragaman. Perjalanan ini tentu saja tidak mulus. Pengaruh bahasa asing, dialek lokal, serta dinamika sosial dan politik turut mewarnai perkembangan bahasa Indonesia. Perbedaan kosakata, struktur kalimat, dan gaya bahasa antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu modern menjadi bukti evolusi yang terus berlanjut. Mempelajari sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia bukan hanya tentang memahami asal-usul kata, tetapi juga tentang meresapi nilai-nilai budaya, semangat nasionalisme, dan identitas diri sebagai bangsa Indonesia. Dengan memahami perjalanan bahasa kita, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya, memperkuat rasa persatuan, serta berkontribusi dalam menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia agar tetap relevan dan bermakna bagi generasi mendatang.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Sindy Lorenza

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler